Jumat, 04 Agustus 2017

Tombo Kangen, acara Reuni Akbar Asrama Putri XI Muzamzamah Chosyi’ah Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang

(Jombang, 02/07/17) Bulan Ramadhan sampai bulan Syawal adalah momen yang banyak diminati banyak orang untuk berkumpul bersama teman lama, bernostalgia, dan ,mengenang masa indah ketika bersama. Begitu juga dengan Umik Ita, Dra. Hj. Niswah Qonita As’ad selaku pengasuh Asrama Putri XI Muzamzamah Chosyi’ah, yang memilih bulan Syawal untuk menghidupkan kembali nuansa rinDU bersama para santri-santrinya yang sudah mendapat predikat ‘alumni’, karena acara reuni di Asrama Muzamzamah Chosyi’ah sempat hilang beberapa tahun. Atas kehendak Umik tersebut, beliau meminta beberapa santrinya untuk mengkoordinir suatu acara reuni akbar sekaligus acara halal bi halal untuk seluruh alumni Asrama Putri XI Muzamzamah Chosyi’ah.
02 Juli 2017 yang bertepatan dengan 07 Syawal 1438 Hijriyah menjadi salah satu hari bersejarah bagi Asrama Muzamzamah Chosyi’ah karena pada hari itu, selain diadakannya kembali acara Reuni Asrama Muzamzamah Chosyi’ah, juga adalah hari pembentukkan Kalam Muchosy (Keluarga Alumni Muzamzamah Chosyi’ah) yang beranggotakan seluruh santri Muzamzamah Chosyi’ah yang sudah menjadi alumni dari angkatan pertama, yaitu lulusan tahun 1998 hingga tahun terakhir (pada pembentukannya adalah sampai lulusan tahun 2017). Sungguh diluar dugaan, peserta acara reuni mencapai 150 lebih orang dan beberapa diantaranya sudah banyak yang membawa momongan dan pasangan hidup yang halal.
Salah satu dawuhnya Ayahanda Ali dalam sambutan acara yang diberi title “Tombo Kangen” ini, adalah “semoga yang belum mendapat perguruan tinggi segera mendapatkannya, yang sudah kuliah semoga kuliahnya lancar, yang belum wisuda segera wisuda, yang belum menikah segera menikah, yang sudah menikah semoga putera-puterinya menjadi anak yang sholih dan sholihah”, dengan pembawaan khas Ayah yang penuh canda dan kedekatan bersama santri-santri seperti ketika ngaji parallel.
Adapun dalam acara yang diawali istighotsah khas Darul ‘Ulum ini, Pembentukkan Kalam Muchosy juga sekaligus mengadakan musyawarah pertamanya dimana acara reuni akan diadakan kegiatan rutin setiap dua tahun sekali dengan pilihan bulan adalah pada setiap bulan syawal. Kesepakatan ini merupakan kesepakatan bersama yang dibuat Umik, Ayah, dan seluruh perwakilan dari masing-masing angkatan yang hadir.

            Berikut adalah momen-momen kecerian dalam acara Tombo kangen yang penuh dengan kerinduan.




















Rabu, 03 Mei 2017

HAFLAH AKHIRUSSANNAH & WISUDA ASRAMA PUTRI XI MUZAMZAMAH CHOSYI'AH AN'AMTA KE XVIII

24 April 2017 yang lalu, Asrama Muzamzamah Chosyi’ah An’amta kembali menggelar acara besar tahunan, yaitu Haflah Akhirussannah dan Wisuda Asrama Muzamzamah Chosyi’ah An’amta yang ke XVIII yang bertempat di Plaza UNIPDU Jombang. Sebanyak kurang lebih 160 santri Asrama Muzamzamah Chosyi’ah An’amta yang terdiri dari santri putri Muzamzamah Chosyi’ah tingkat SLTP dan SLTA serta 18 santri putra An’Amta tingkat SLTP dan SLTA menjadi wisudawan dan wisudawati dengan hasil 100% lulus.
Pada acara Haflah Akhirussannah dan Wisuda Asrama Muzamzamah Chosyi’ah An’amta ke XVIII ini, sedikit berbeda dari acara wisuda-wisuda sebelumnya. Pada tahun ini, disuguhkan penampilan nadhoman, tahfidz/ah al-Quran, kreasi tari saman, grup paduan suara, dan grup albanjari yang dilakoni oleh para santri Muzamzamah Chosyi’ah An’amta. Ini adalah salah satu media untuk meningkatkan kreativitas dan mengembangkan bakat santri di Asrama Muzamzamah Chosyi’ah An’amta.
Adapun penghargaan santri teladan yang diputuskan berdasarkan hasil Ujian Akhir Asrama dan akhlaq dalam kehidupan sehari-hari pada tahun ini diberikan kepada :
1.       Tingkat SLTP :
1)      Arina
2)      Safira Fadhilla
3)      Fia
2.       Tingkat SLTA :
1)      Nungki
2)      Khisan Antazula
3)      Yuniar Eka
3.       Asrama An’amta : Ajrul  

















Semoga penghargaan santri teladan dapat memotivasi kita semua agar selalu berusaha menjadi yang terbaik, dan semoga ilmu yang santri-santri Muzamzamah Chosyi’ah An’amta dapatkan selama di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum, khususnya Asrama Muzamzamah Chosyi’ah An’amta, bermanfaat dan barokah. Allahumma aamiin. (1946)

Jumat, 28 April 2017

ISTIGHOTSAH DAN BACAANNYA


1.      PENGERTIAN
Istigotsah dan Tawassul memiliki arti yang sama, yaitu memohon kepada Allah akan datangnya manfaat atau terhindar dari bahaya dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali karena memuliakan (ikram) terhadap keduanya.

2.      DASAR HUKUM TAWASSUL
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْۤا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِه لَعَلَّـكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung." (QS. Al-Ma'idah: 35)

وَاِذَا  سَاَلَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ  ؕ  اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah: 186)

قُلِ ادْعُوا اللّٰهَ اَوِ ادْعُوا الرَّحْمٰنَ ؕ  اَ يًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْاَسْمَآءُ الْحُسْنٰى ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ
بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذٰ لِكَ سَبِيْلًا
"Katakanlah (Muhammad), "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma'ul Husna) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam sholat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu."" (QS. Al-Isra': 110)
اِنَّ رُوْحِ الْقُدُّوْسِ لَا يَزَالُ يُوَيِّدُكَ مَا نَفَخْتَ عَنِ اللهِ وَرَسُولِهِ (رواه مسلم)
“Sungguh Jibril tidak henti-hentinya menguatkanmu selama engkau bela Allah dan Rasulnya.” (HR. Muslim)

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمِ سَميتْ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أْنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقَكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ
الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِى وَجِلَاءَ حَزَنِى وَذَهَابَ غَمِّى (رواه ابو يعلى والبزار)
“Aku memohon kepada-Mu demi setiap nama yang Engkau peruntukkan bagi-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitabmu atau yang Engkau ajarkan pada satu makhluk-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, jadikan Al-Quran sebagai musim semi dan cahaya hatiku, serta penghilang susah dan keprihatinanku.” (HR. Abu Ya’la dan Bazzar)

عن ابن عباس أن رسول الله صلى الله عليه و سلن يدخل الجنة من أمتي سبعون ألفا بغير حساب ولا عذاب
فسأله الصحابة عنهم فقال: هم الذين لا يسترقون ولا يكتوون ولا يتطيرون وعلى ربهم يتوكلون
Dari Ibn 'Abbas sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya akan masuk surga 70.000 orang dari umatku tanpa hisab dan tanpa adzab". Para sahabat bertanya mengenai siapa mereka. Nabi lalu menjawab: "mereka adalah orang yang tidak meminta ruqyah, tidak berobat dengan kay dan tidak ber-thathayyur dan mereka hanya bertawakkal kepada Rabb mereka” (HR. Al Bukhari)

Dari Anas bin Malik ra sungguh Umar bin Khattab ra ketika sedang musim kering ia memohon turunnya hujan dengan perantara Abbas bin Abdulmuttalib ra, seraya berdoa : “wahai Allah, sungguh kami telah mengambil perantara (bertawassul) pada Mu dengan Nabi kami (Muhammad saw) agar Kau turunkan hujan lalu Kau turunkan hujan, maka kini kami mengambil perantara (bertawassul) pada Mu Dengan Paman Nabi Mu (Abbas bin Abdulmuttalib ra) yang melihat beliau Sang Nabi saw maka turunkanlah hujan" maka hujanpun turun dengan derasnya. (Shahih Bukhari hadits No. 954)


3.      DASAR HUKUM ISTIGHOTSAH
عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِنّ الشَّمْسَ تَدْنُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى
يَبْلُغَ الْعَرَقُ  نِصْفَ اْلأُ ذُنِ فَبَيْنَا هُمْ كَذٰلِكَ اِسْتَغَا ثُوْا بِآ دَمَ ثُمَّ بِمُوْسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَشْفَعُ  لِيُقْضَى بَيْنَ الْخَلْقِ  فَيَمْشِى حَتَّى يَأْخُذَ بِحَلْقَةِ الْبَابِ فَيَوْمَئِذٍ يَبْعَثُهُ اللّٰهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَحْمَدُهُ أَهْلُ الْجَمْعِ كُلُّهُمْ
)رواه البخارى)
Dari Abdulloh bin Umra RA berkata, ”Rasululloh SAW bersabda, ”Sesungguhnya matahari pada hari kiamat akan mendekat sehingga keringat manusia akan mencapai separuh telinganya. Pada saat itulah, mereka meminta tolong kepada Adam, kemudian kepada Musa, dan terakhir kepada Muhammad SAW, maka Muhammad SAW menolong agar keputusan diantara manusia dilaksanakan. Lalu ia berjalan dan mengambil sirkel pintu surga, dan pada saat itulah Alloh mengangkatnya ke derajat yang terpuji dan dipuji oleh seluruh umat manusia” (HR. Bukhari)
“Ketika salah seorang di antara kalian kehilangan sesuatu atau membutuhkan pertolongan di suatu tempat yang tidak ada teman, maka ucapkanlah “Wahai para hamba Allah, tolonglah aku”, karena sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang tidak bias kami lihat, dan hal itu terbukti” (HR. At-Thabrani)

Diriwayatkan dari Haitsam bin Hanasy, berkata “Kami bersama Ibnu Umar. Tiba-tiba kaki beliau terkena mati rasa (stroke), maka salah seorang yang hadir mengatakan kepada beliau “Sebutlah orang yang anda cintai!” lalu Ibu Umar berkata “Ya Muhammad”, maka seketika kaki beliau sembuh (Ibn Taimiyyah, al-Kalim al-Thayyib, hlm. 173)

Sebagian kaum salaf juga meriwayatkan, bahwa seorang laki-laki dating kepada Abdul Malik bin Sa’id bin Abhar, lalu memeriksa perutnya. Lalu Abdul Malik berkata “Anda punya penyakit yang tidak bias sembuh”. Laki-laki itu bertanya, “penyakit apa?”. Ia menjawab “Tumor dalam perut”. Laki-laki itu berpindah dan berkata “Allah, Allah, Allah Tuhanku, aku tidak mempersekutukan Engkau dengan apapun. Ya Allah, aku memanjatkan do’a kepada-Mu dengan Nabi-Mu, Muhammad, Nabi pembawa rahmat SAW. Ya Muhammad, sesungguhnya aku memohon kepada Tuhanmu dan Tuhanku dengan engkau, agar mengasihiku mengenai penyakit yang menimpaku.” Abu Hasyim berkata: “kemudian Abdul Malik memeriksa perut laki-laki itu, lalu berkata: “sungguh telah sembuh penyakitmu”, saya (Malik) berkata: “Do’a ini dan semacamnya telah diriwayatkan dan dilakukan oleh kaum salaf, dan telah dikutip dari Ahmad bin Hanbal dalam kitab Mansak karya al-Marrudzi tentang tawassul dengan Nabi SAW. (Ibn Taimiyyah, Qa’iddah Jalilah fi al-Tawassul wa al-Wasilah, hlm. 183)

Kesimpulan : Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan At-Thabrani serta komentar Ulama’, sudah jelas bahwa istigotsah masyru’ah (Disyari’atkan) sejak masa Rasulullah SAW.

4.       BACAAN ISTIGHOTSAH
Tawasul
(١)  إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مَحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عليه وسلم وَآلِهِ وَاَوْلَادِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(٢)  ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ آبَائِهِ وَإِخْوَانِهِ مِنَ الْاَنْبِيآءِ وَالمُرْسَلِينَ وَإِلى المَلآئِكَةِ المُقَرَّبِيْنَ وَالكُرُوبِيِّيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَآلِ كُلِّ وَأَصْحَابِ كُلٍّ وَإِلَى اَرْوَاحِ أَبِيْنَا سَيِّدِنَا آدَمَ وَأُمِّنَا سَيِّدَتِنَا حَوَّا وَمَا تَنا سَلَ بَيْنَهُمَا إِلَى يَوْمِ الدِّينِ شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(٣)  ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ سَادَتِنَا وَمَوَالِيْنَا وَأَئِمَّتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَان وَعَلِيِّ وَإِلَى اَرْوَاحِ بَقِيَّةِ الصَّاحَبَةِ والتَّابَعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(٤)  ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ الْأَئِمَّةِ المُجْتَهِدِيْنَ وَمُقَلِّدِيْهِمْ فِى الدِّيْنِ ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ العُلَمَاءِالرَّاشِدِيْن وَالقُرَّاءِ المُخْلِصِيْنَ وَأَئِمَّةِ الْحَدِيثِ وَالمُفَسِّرِيْنَ وَسَائِرِ سَادَاتِنَا الصُّوفِيَّةِ المُحَقِّقِيْنَّ وإِلَى أَرْوَاحِ  كُلِّ وَلِيٍّ وَوَلِيَّةٍ وَمُسْلِمٍ ومُسْلِمَةٍ مِنْ مَشَارِقِ الأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا وَمِنْ يَمِينِهَا إِلَى شِمَالِهَا شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(٥)  ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ مَشَايِخِ الْقَدِرِيَّةِ وَالنَّقْشَبَنْدِيَّةِ وَجَمِيعِ أَهْلِ الطُّرُقِ خُصُوصًا إِلَى سُلْطَانِ الْأَوْلِيَاءِ سَيِّدِنَا الشَّيْجِ عَبْدِ القَادِرِ الجِيلَانى وَسَيِّدِالطَّائِفَةِ الصُّوفِيَّةِ أَبِى القَاسِمِ الجُنَيْدِى البَغْدَادِيِّ وَسَيِّدِ سِرِّى السَّقَطِى وَسَيِّدِ الشَّيْخِ مَعْرُوفِ الكَرخِى وَسَيِّدِ الشَّيْخ حَبِيبِ العَجَمِى وَسَيِّدِ الشَّيْخ حَسَنِ البَصْرِيِّ وَسَيِّدِ الشَّيْخ إِمَامِ جَعْفَرِ الصَّادِقِ وَسَيِّدِ الشَّيْخ أَبِى يَزِيْدَ البُسْطَامِى وَسَيِّدِ الشَّيْخ يُوسُفَ الهِنْدَانِى وَسَيِّدِ الشَّيْخ مُحَمَّدٍ بَهَاءِ الدِّيْنِ النَّقْشَبَنْدِيِّ وَإِلَى حَضْرَةِ الْإِمَامِ الرَّبَّانِى وَأُصُولِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَأَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(٦)  ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ وَلِدِيْنَا وَوَلِدِيْكُمْ وَمَشَايِخِيْنَا وَمَشَايِخِكُمْ وَأَمْوَاتِنَا وَأَمْوَاتِكُمْ وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ أَوْصَانَا وَقَلَّدَنَا عِنْدَكَ بِدُعَاءِ الخَيْرِ شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(٧)  ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَاوَمِنْ يَمِيْنِهَا إِلَى شِمَالِهَا وَمِنْ قَافٍ إِلَى قَافٍ مِن لَدُنْ آدَمَ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(٨)  ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ حَضْرَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ بِاللهِ الْمُرْشِدِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ خَلِيْل الْجُرَيْمِى وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ بِاللهِ الْمُرْشِدِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ مُحَمَّدْ رَمْلِى تَمِيْم وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ بِاللهِ الْمُرْشِدِ الدُّكْتُور كِيَاهِى الْحَـاجِّ مُحَمَّد مُسْتَعِيْنْ رَمْلِى وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ بِاللهِ الْمُرْشِدِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ أَحْمَدْ رِفَاعِى رَمْلِى وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ أَحْمَدْ دَمَنْهُرِ ى رَمْلِى وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ مُحَمَّدْ دَحْلَانْ خَلِيلْ وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ مُحَمَّدْ مَعْصُومْ خَلِيلْ وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ مُحَمَّدْ حَسَنْ بِصْرِى خَلِيلْ وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ مُحَمَّدْ صَفْيَانْ خَلِيلْ وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ أَحْمَدْ بَدَوِى وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ عُمَرْ تَمِيمْ وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ هَاشِمْ عُمَرْ وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ كِيَاهِى الْحَـاجِّ أَحْمَدْ حَنَّانْ مَعْصُومْ وَاُصُولِهِمْ وَفُرُوعِهِمْ وَأَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ فِى الْمَعْهَدِ دَارُ الْعُلُومِ شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(٩)  ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَوَالِدِكُمْ وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِكُمْ وَأَسَاتِذِنَا وَاَوْلَادِنَا وَتَلَامِيْذِنَا وَاَخَوَاتِنَا وَأَمْوَاتِنَا وَأَمْوَاتِكُمْ وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ أَوْصَانَا وَقَلَّدَنَا عِنْدَكَ بِدُعَاءِ الْخَيْرِ شَيْءٌ لِلّٰه لَهُمُ الفاتحة

(١٠)  ثُمَّ عَلَى كُلِّ نِيَّةٍ وَسِرِّ الفــــاتحة
Bacaan Istighotsah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

۱ .الفَاتِحَة
۲ .أسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
۳ .لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
۴ .لَا حَوْلَ وَلَا مَلْجَأَ مِنَ اللهِ إِلَّا إِلَيْهِ
۵ .أللَّهُمَّ صَلِّي وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
۶ .يَا اَللهُ يَا قَدِيْمُ
۷ .يَا سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُ
۸ .يَا مُبْدِعُ يَا خَالِقُ
۹ .يَا حَفِيْظُ يَا نَصِيْرُ يَا وَكِيْلُ ياَ الله
۱۰ .يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أسْتَغِيْثُ
۱۱ .لَا إلهَ إلَّا أنْتَ سُبْحَانَكَ إنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
۱۲ .يَا لَطِيْفُ  
۱۳ .يارحمن يارحيم
۱۴ .أسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
۱۵ .اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَـــيِّدِناَ مُحَمّــــَدٍ قَدْ ضـَاقَتْ حِـــيلَتِي أَدْرِكْـنِي يَا رَسُــولَ اللهِ 
۱۶ .اَللّهُمَّ صَلِّ صَلَاًة كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ َويُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَـمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُومٍ لَكَ
۱۷ .اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُـنْجِينَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ. َوتَقْضِي لَنَا بِهَا جَمِيعَ الْحَاجَاتِ. وَتُـطَهِّرُناَ بِهَا مِنْ جَمِيعِ السَّيِّئاَتِ. وَتَرْفَعُنَا بِهَا أَعْلَى الدَّرَجَاتِ. وَتُـبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ. مِنْ جَمِيعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاتِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ
۱۸ .يَا بَدِيْعُ
۱۹ .يس فضيلة
۲۰ .اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ , يَا رَبَّنَا وَإلَهَنَا وَسَيِّدَنَا أنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
۲۱. حَصَّنْتُكُمْ بِالْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ أبَدًا , وَدَفَعْتُ عَنْكُمُ السُّوْءَ بِألْفِ ألْفِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
۲۲. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا عَلَى دَيْنِ الإسْلَامِ
۲۳ .بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَسُوْقُ الْخَيْرَ إلَّا اللهِ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَصْرِفُ السُّوْءَ إلَّا اللهُ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ مَا كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
۲۴ .سَألْتُكَ يَا غَفَّارُ عَفْوًا وَتَوْبَةً وَبِالْقَهْرِ يَا قَهَّارُ خُذْ مَنْ تَحَيَّلَا
۲۵ .وَعَطِّفْ قُلُوبَ الْعَالَمِيْنَ بِأَسْرِهَا , عَلَيَّ وَأَلْبِسْنِيْ قَبُولاً بِشَلْمَهَتْ ، نَرُدُّ بِكَ الْأَعْدَاءَ مِنْ كُلِّ وِجْهَةٍ , وَبِالْإِسْمِ نَرْمِيْهِمْ مِنَ الْبُعْدِ بِالشَّتَتْ
۲۶ .مَا شَاءَ اللهُ
۲۷ .يَا جَبَّارُ يَا قَهَّارُ يَا ذَا الْبَطْشِ الشَّدِيْدِ , خُذْ حَقَّنَا وَحَقَّ الْمُسْلِمِيْنَ مِمَّنْ ظَلَمَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَتَعَدَّى عَلَيْنَا وَعَلَى الْمُسْلِمِيْنَ

Sayyidul Istighfar            
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

Ya Allah Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Engkau yang menjadikan aku. Aku hamba-Mu dan aku dalam genggaman-Mu. Aku dalam perjanjian-Mu, beriman dan bertaat kepada-Mu sekedar kesanggupan yang ada padaku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa seseorang kecuali Engkau, wahai Tuhanku.


5.      FAEDAH BACAAN ISTIGHOTSAH
1)      Surah Al-Fatihah
Diantara fadhilah Surah Al-Fatihah:
a.      Barang siapa yang istiqomah dalam membaca Surah Al-Fatihah setiap selesai sholat fardhu sebanyak 7 kali, maka Allah SWT akan membuka pintu kebaikan kepada orang tersebut dan akan dicukupi apa yang menjadi kepentingan agama. Dan jika dibaca sebanyak 20 kali setiap selesai sholat fardhu, maka Allah SWT akan mengabulkan maksud dari orang tersebut
b.      Telah disebutkan dalam hadits Nabi, yang artinya “Barangsiapa membaca surah Al-Fatihah maka seakan-akan sama halnya dengan membaca kitab Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran
2)      أسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
(Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung)
Diantara fadhilah istighfar:
a.       Syaikh Ma’ruf Al-Kurkhi menceritakan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Abdullah bin Umar yang maksudnya adalah pada suatu hari ada seorang lelaki dating kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Ya Rasulullah, Tunjukkan kepada kami amal apakah yang jika kami lakukan dapat menyebabkan kami masuk surge?”. Rasulullah menjawab, “Kamu jangan mudah marah-marah”, orang tadi menjawab, “kami tidak mampu untuk menahan marah, yaa Rasulullah”. Kemudian Rasulullah menjawab: “Jika kamu tidak mampu untuk menahan amarah, maka bacalah Istighfar kepada Allah dalam seharinya 70 kali setiap selesai sholat Ashar, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah dikerjakan selama 70 tahun”. Lelaki tersebut berkata lagi, “Jika dosa kami tidak mencapai sebesar itu bagaimana?”, Rasulullah menjawab: “Allah akan mengampuni dosa-dosa keluarga/kerabatmu”
b.      Rasulullah SAW bersabda : “Mohonlah ampun (kamu sekalian) kepada Tuhanmu, sesungguhnya kami (Nabi Muhammad) mohon ampun dan bertaubat kepada Allah dalam setiap harinya 100 kali.
c.       Firman Allah Ta’ala : “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan memohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat”
3)      لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
(Tidak ada daya dan upaya untuk menjauhi maksiat kecuali dengan pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan untuk melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah)
Diantara fadhilahnya :
a.      Nabi bersabda yang maksudnya : Barang siapa membaca kalimat tersebut sebanyak 100 kali dalam setiap harinya, maka selamanya tidak akan dilanda kefakiran.
b.      Barang siapa membaca kalimat tersebut sebanyak 300 kali dalam setiap harinya, maka Allah akan membuka kepentingan atau menghilangkan kesusaha orang tersebut.
4)      لَا حَوْلَ وَلَا مَلْجَأَ مِنَ اللهِ إِلَّا إِلَيْهِ
(Tidak ada tempat perlindungan dari Allah kecuali hanya kepada-Nya)
“Barang siapa dalam keadaan masyakkot (kesulitan) atau hatinya tidak tenang kemudian membaca kalimat tersebut dengan istiqomah maka Allah akan melapangkan dada dan memberi keselamatan kepada orang etrsebut.”
5)      أللَّهُمَّ صَلِّي وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
(Ya Allah. Limpahkanlah rahmat kemuliaan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad berserta keluarganya)
Diantara fadhilahnya adalah :
a.      Nabi Muhammad bersabda : Barang siapa memberbanyak bacaan sholawat kepadaku, maka Allah akan memberi kekayaan yang tidak bias fakir selamanya.
b.      Nabi Muhammad bersabda yang maksudnya, “Barang siapa yang membaca sholawat kepadaku, maka para Malaikat akan memintakan ampunan kepada Allah terhadap orang tersebut. Barang siapa dimintakan ampun oleh Malaikat, maka Allah akan mengasihani kepada orang tersebut sesuatu yang ada di tujuh langit, tujuh bumi, dan tujuh lautan, begitu pula tumbuh-tumbuhan serta hayawan akan memintakan ampunan kepadanya.
c.       Anjuran membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW terantum dalam Quran Surah Al-Ahzab ayat 56.
6)      يَا اَللهُ يَا قَدِيْمُ
(Wahai Allah, wahai Dzat yang ada tanpa permualaan)
Diantara fadhilahnya :
a.       Barang siapa dalam setiap gerak-geriknya selalu berdzikir dengan lafadz jalalah (Allah), maka orang tersebut akan dapat melihat sesuatu yang ajaib-ajaib, baik yang ada di langit atau di bumi, dan Allah akan memberikan keistimewaan bahwa segala sesuatu yang ada akan tunduk kepadanya, sehingga umpama orang tersebut berkata pada pasir “Jadilah tepung!” niscaya pasir tersebut akan berubah menjadi tepung dengan izin Allah.
b.      Barang siapa memperbanyak lafadz “Yaa Qodiim” dengan istiqomah, Insyaa Allah orang tersebut akan disayangi oleh sesame manusia dan diberi selamat dari kejahatan orang-orang yang berwatak keras, sehingga orang yang berwatak keras tersebut akan tunduk padanya dan akan menuruti keinginannya tersebut.
7)      يَا سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُ
(Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat)
Diantara fadhilahnya adalah :
a.       Barang siapa yang banyak berdzikir dengan lafadz “Yaa Samii’u” maka doanya mudah dikabulkan Allah, dan segala ucapannya akan selalu diperhatikan oleh orang lain yang mendengarkannya. Untuk itu patut sekali bagi para da’i atau mubaligh untuk memperbanyak dzikir dengan kalimat tersebut.
b.      Barang siapa yang berdzikir “Yaa Bashiir” maka Allah akan menampakkan kepadanya perkara-perkara yang samar dan tidak merasa takut akan urusan agama dan dunianya.
8)      يَا مُبْدِعُ يَا خَالِقُ
(Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak ada, wahai Dzat Yang Maha Pencipta)
Diantara fadhilahnya adalah :
a.       Barang siapa yang banyak berdzikir dengan lafadz “Yaa Mubdi’u” maka Allah akan memberi hikmah dalam perkataannya kepada orang tersebut.
b.      Barang siapa akan memulai segala sesuatu dengan disertai bacaan “Yaa Mubdi’u” maka Allah akan memberi berkah terhadap perkara tersebut
c.       Lafadz “Yaa Khooliq”, saat ini sangat patut/diutamakan bagi para karyawan pengusaha untuk memperbanyak berdzikir dengan lafadz tersebut sehingga dalam hati akan tertanam bahwa segala sesuatu yang ia perbuat semata-mata sebagai perantara, sedangkan hakikatnya pencipta adalah Allah SWT.
9)      يَا حَفِيْظُ يَا نَصِيْرُ يَا وَكِيْلُ ياَ الله
(Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan dan kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong, wahai Dzat yang menjamin rizki para hamba dan mengetahui kesulitan-kesulitan hamba, Ya Allah)
Diantara fadhilahnya adalah :
a.       Barang siapa saat bepergian selalu berdzikir lafadz “Yaa Hafiidz” maka Allah menjaganya selama dalam bepergian hingga pulang
b.      Barang siapa yang merasa takut (khawatir) jatuh dari sesuatu yang dirasanya berat serta banyak berdzikir dengan lafadz “Yaa Hafiidz” maka akan diselamatkan oleh Allah
c.       Barang siapa yang berdzikir dengan lafadz “Yaa Nashiir” pada saat berdebat dengan orang lain, maka orang tersebut akan mendapat pertolongan dari Allah serta diberi kemenangan
d.      Barang siapa berdzikir dengan lafadz “Yaa Wakiil” maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberi rizqi yang tiada terhingga banyaknya.
10)   يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أسْتَغِيْثُ
(Wahai Dzat Yang Hidup, Yang terus menerus mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan-Mu)
“Barang siapa berdzikir dengan lafadz tersebut di atas maka akan diberi kelapangan oleh Allah, dalam hal ini telah dibenarkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya “Dari sahabat Anas ra dari Nabi Muhammad SAW sesungguhnya beliau ketika dalam keadaan susah, kemudian beliau membaca “Yaa Hayyu Yaa Qoyyuumu birohmatika astaghiits”
11)   لَا إلهَ إلَّا أنْتَ سُبْحَانَكَ إنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
(Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orang-orang yang telah berbuat dzalim)
Nabi Muhammad SAW bersabda yang maksudnya kurang lebih ialah : “Barang siapa dalam keadaan yang rumit/sulit dipecahkan, apabila membaca kalimat tersebut, maka Allah akan memberi kemudahan (kelapangan). Hal ini pernah diamalkan Nabi Yunus AS saat menghadapi situasi paling sulit, yaitu pada saat berada di dalam perut ikan. Akhirnya berkat do’a tersebut, maka Nabi Yunus atas izin Allah dapat keluar dari perut ikan dengan selamat.
12)   يَا لَطِيْفُ
(Wahai Dzat yang Maha Lembut Kasih Sayangnya)
Jika seseorang selalu berdzikir dengan lafadz “Yaa Lathiif” maka yang sedih menjadi lapang, yang sakit menjadi sembuh, dan yang dibenci oelh pemimpin atau orang yang dzolim akan selamat dengan izin Allah.
13)   يارحمن يارحيم
(Wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang)
Diantara fadhilahnya adalah :
a.       Barang siapa yang selalu berdzikir maka akan selalu mendapat ridho dari Allah. Dan Allah akan memandangnya dengan penuh kasih saying
b.      Menurut riwayat dari pada Nabi Khidhir AS, “Barang siapa membaca “Yaa Allah Yaa Rohmaan) setelah sholat Ashar di hari Jum’at hingga terbenamnya matahari, kemudian berdo’a kepada Allah, maka do’anya akan dikabulkan.
c.       Segala perkara baik lahir maupun bathin akan disayangi oleh sesame manusia walaupun orang yang berhati keras.
14)  أسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
(Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, sungguh Allah Dzat Yang Maha Pengampun)
Istighfar ini lebih utama karena ditambah kalimat “Innahu Kaana Ghoffaroo”. Berkata para Ulama salaf : “Barang siapa banyak membaca “Astaghfirullahal ‘adziima innahu kaana ghoffaroo”, maka Allah akan memberikan banyak barokah pada ilmunya, rizkinya, dan barokah anak-anaknya. Istighfar ini sebaiknya dibaca 70 kali setiap hari (Daru Mantsur)
15)  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَـــيِّدِناَ مُحَمّــــَدٍ قَدْ ضـَاقَتْ حِـــيلَتِي أَدْرِكْـنِي يَا رَسُــولَ اللهِ 
(Ya Allah, limpahkanlah rahmat kemuliaan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, sungguh telah habis daya dan upayaku maka tolonglah aku. Ya rasulullah)
Fadhilahnya : Barang siapa mempunyai hajat kemudian membaca sholawat ini 100 kali, maka Allah akan mengabulkan segala permintaannya, dan juga bagi si pembaca akan dihindarkan dari kesusahan. (Majmu ash-Sholawat)
16)  Sholawat Nariyah
اَللّهُمَّ صَلِّ صَلَاًة كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ َويُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَـمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُومٍ لَكَ
(Wahai Allah limpahkanlah kemurahan dan kesejahteraan yang sempurna atas junjungan kita Nabi Muhammad yang dapat melepaskan beberapa ikatan atau kerepotan, menghilangkan kesusahan-kesusahan, mendatangkan hajat, mendapatkan beberapa kesenangan, husnul khootimah dan dicurahkan beberapa kehormatan sebab wajah yang mulia, dan semoga atas seluruh keluarga dan para sahabat beliau pada setiap saat dan nafas dengan sebanyak yang Engkau ketahui dengan kehormatan-Mu, wahai Allah yang Maha Belas Kasihan.)
Fadhilahnya :
a.       Barang siapa membaca sholawat nariyah sebanyak 10 kali ba’da sholat wajib secara istiqomah, insya Allah akan ditingkatkan pangkat/derajatnya dan akan dimudahkan oleh Allah rezeqinya.
b.      Apabila dibaca setelah sholat shubuh sebanyak 40 kali, maka akan dipercepat oleh Allah dari segala hajatnya. Dan apabila dibaca 1000 kali maka insya Allah akan diberi karomah yang sangat tinggi.
17)   Sholawat Munjiyat
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُـنْجِينَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ. َوتَقْضِي لَنَا بِهَا جَمِيعَ الْحَاجَاتِ. وَتُـطَهِّرُناَ بِهَا مِنْ جَمِيعِ السَّيِّئاَتِ. وَتَرْفَعُنَا بِهَا أَعْلَى الدَّرَجَاتِ. وَتُـبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ. مِنْ جَمِيعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاتِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ
(Wahai Allah limpahkanlah kemurahan atas junjungan kami Nabi Muhammad, kemurahan yang dpaat menyelamatkan kami dari segala huru-hara dan beberapa ‘afat, dapat menghasilkan kami beberapa hajat, dapat membersihkan kami dari segala kejelekan, dapat mengangkat kami di hadapan Engkau kederajatan yang lebih tinggi, dapat menyampaikan kami menuju kebajikan yang paling jauh dalam kehidupan dan sesudah mati.
Barang siapa yang membaca sholawat munjiyat 1000 kali pada tengah malam kemudian memohon apa yang menjadi hajatnya, insya Allah akan dikabulkan apa yang menjadi maksudnya, baik urusan dunia maupun akhiratnya, (Khozinatul Asror)
18)   يَا بَدِيْعُ
(Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya)
Barang siapa selalu berdzikir dengan lafadz tersebut maka akan tercapai sesuatu ilmu yang dicita-citakan serta akan diberi kepahaman terhadap sesuatu yang tidak dipahaminya, dan Allah akan mengalirkan hikmah dalam ucapannya.
19)   يس فضيلة
Surah Yaasiin
Barang siapa masuk ke makam kemudian membaca surat Yaasiin, maka siksanya penghuni makam waktu itu diringankan oleh Allah dan orang-orang yang membaca tersebut akan memperoleh kebaikan sebanyak jumlah penghuni makam
20)   اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ , يَا رَبَّنَا وَإلَهَنَا وَسَيِّدَنَا أنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
(Allah maha besar, Wahai Tuhan kami, sesembahan kami, Tuan kami, Engkau-lah penolong kami, menangkan kami atas orang­-orang kafir)
Fadhilanya adalah :
a.       Barang siapa membaca takbir seperti saat perang sabil (membela agama Allah), maka takbir tersebut di hari qiyamat akan mempunyai nilai yang besar di hadapan Allah serta lebih berat nilainya dibandingkan dengan beratnya langit dan bumi.
b.      Barang siapa pada saat perang sabil membaca takbir dan tahlil dengan suara yang keras, maka orang tersebut akan mendapat ridho dari Allah serta diikutkan golongan Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim serta para Nabi lainnya.
21)   حَصَّنْتُكُمْ بِالْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ أبَدًا , وَدَفَعْتُ عَنْكُمُ السُّوْءَ بِألْفِ ألْفِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
(Aku mohonkan pemeliharaan untuk kalian kepada Dzat Yang Maha Hidup dan terus menerus mengatur hamba-Nya yang tidak pernah mati selamanya, dan aku tolak dan hindarkan dari kalian segala keburukan dengan sejuta bacaan “La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adzim)
Diantara fadhilahnya adalah :
a.       Disebutkan bahwa ada seorang Nabi sedang melihat kaumnya yang sangat kagum atas suatu kejadian dimana dalam tempo sebentar, terdapat 70.000 diantaranya yang mati, kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya agar membaca kalimat tersebut di atas.
b.      Disebutkan dalam Kitab Fathul Malik Almajid, bahwa jika kalimat tersebut sering dibaca, akan terhindar dari penyakit ain (sebangsa frustasi/linglung dan lain-lain)
22)   الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا عَلَى دَيْنِ الإسْلَامِ
(Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat dan petunjuk kepada agama Islam)
Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7, yang maksudnya adalah barang siapa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepadanya, maka Allah akan menambah nikmat tersebut, tetapi  jika seseorang ingkar atas nikmatnya, sesungguhnya siksaan Allah sangat pedih.
23)   بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَسُوْقُ الْخَيْرَ إلَّا اللهِ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَصْرِفُ السُّوْءَ إلَّا اللهُ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ مَا كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
(Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali la. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang menyingkirkan keburukan kecuali la. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada kenikmatan melainkan dari Allah. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tiada daya untuk berbuat kebaikan kecuali dengan pertolongan Allah dan tiada kekuatan untuk menghindar dari perbuatan maksiat kecuali dengan perlindungan Allah yang maha Mulia dan maha Agung)
Imam Susuthi dalam kitab al- Mirjan dari Abdullah bin Abbas berkata, bahwa Nabi Khidhir dan Nabi Ilyas bertemu pada setiap musim haji, kemudian menjelang waktu perpisahannya, sama-sama berdo’a dengan bacaan-bacaan tersebut di atas. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata, “Barang siapa membaca do’a tersebut setiap sore sebanyak 3 kali, maka Allah memberi selamat kepadanya  dari tenggelam, kebakaran, kecurin, gangguan syetan dan rasa dzolim seta dari binatang-binatang yang berbisa.
24)   سَألْتُكَ يَا غَفَّارُ عَفْوًا وَتَوْبَةً وَبِالْقَهْرِ يَا قَهَّارُ خُذْ مَنْ تَحَيَّلَا
(Ya Allah, aku memohon ampunan dan taubat yang diterima kepada-Mu Ya Allah yang maha pengampun, dan dengan kekuatan dan kekuasaan-Mu Wahai Dzat yang maha Mengalahkan, tundukkan dan hukumlah orang yang melakukan tipu muslihat dan ingin mencelakai kami)
Diantara fadhilahnya adalah :
a.       Barang siapa berdzikir dengan kalimat “Yaa Ghoffar” setelah sholat jum’at 100 kali, maka Nampak tanda-tanda orang yang mendapat pengampunan dari Allah.
b.      Lafadz “Yaa Qohhar” : Barang siapa yang selalu berdzikir dengan lafadz tersebut, maka akan mendapat kehilangan rasa kagum terhadap sesuatu selain Allah, serta untuk menjernihkan hati dari segala sesuatu yang bersandar pada keduniaan semata.
25)   وَعَطِّفْ قُلُوبَ الْعَالَمِيْنَ بِأَسْرِهَا , عَلَيَّ وَأَلْبِسْنِيْ قَبُولاً بِشَلْمَهَتْ ، نَرُدُّ بِكَ الْأَعْدَاءَ مِنْ كُلِّ وِجْهَةٍ , وَبِالْإِسْمِ نَرْمِيْهِمْ مِنَ الْبُعْدِ بِالشَّتَتْ
(Lunakanlah hatinya orang-orang sejagat, agar mereka senang dengan kami, kabulkanlah permohonan kami. Dengan nama-Mu Yaa Allah, kami menolak musuh-musuh dari segala arah, dan dengan nama-Mu pula mereka kami lempar dari jauhan sehingga mereka menjadi rusak)
Diantara fadhilahnya :
a.       Barang siapa yang selalu membaca Hizib pertama di atas setiap sehari semalam sebanyak 7 kali, maka orang tersebut akan memperoleh kemuliaan, do’anya akan dikabulkan dan setiap orang yang tahu  atau kenal akan menaruh rasa senang kepadanya
b.      Hizib yang kedua di atas jika dibaca di hadapan musuh sebanyak 3 kali, maka mulutnya akan terasa terkunci (sulit berbicara) serta kakinya merasa bergetar ketakutan
26)   مَا شَاءَ اللهُ
(Segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah)
27)   يَا جَبَّارُ يَا قَهَّارُ يَا ذَا الْبَطْشِ الشَّدِيْدِ , خُذْ حَقَّنَا وَحَقَّ الْمُسْلِمِيْنَ مِمَّنْ ظَلَمَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَتَعَدَّى عَلَيْنَا وَعَلَى الْمُسْلِمِيْنَ
(Wahai Dzat yang Maha Mengalahkan, Maha Menundukkan, Dzat yang keras azab-Nya, ambilkan hak-hak kami dan hak-hak umat Islam dari orang-orang yang menzhalimi kami dan menzhalimi umat Islam, yang telah menganiaya kami dan menganiaya umat Islam)
Hizib tesebut di atas jika dibaca pada saat keluarnya matahari atau di tengah malam hari dapat merusak orang-orang yang berbuat dzolim.

6.      PROFIL KH. ROMLY TAMIM
Kata “Istighotsah” adalah bentuk masdar dari fi’il madhi “istaghotsa” yang berarti memohon pertolongan. Secara terminologis, istighotsah berarti beberapa bacaan wirid (awrod) tertentu yang dilakukan untuk memohon pertolongan kepada Allah atas beberapa masalah hidup yang dihadapi. Istighotsah ini mulai banyak dikenal oleh masyarakat khususnya kaum Nahdliyyin baru ada pada tahun 1990-an. Di Jawa Timur, ‘ulama yang ikut mempopulerkan istighotsah adalah Almarhum KH. Imron Hamzah (Rais Syuriyah PWNU Jatim waktu itu). Namun di kalangan murid Thariqoh, khususnya Thariqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah. Istighotsah ini sudah lama dikenal dan diamalkan.
Bacaan istighotsah yang banyak diamalkan oleh warga Nahdliyyin ini, bahkan sekarang meluas ke seluruh penjuru negeri sebenarnya disusun oleh KH. Muhammad Romly Tamim, seorang mursyid Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah dari Pondok Pesantren Rejoso, Peterongan, Jombang. Hal ini dibuktikan dengan kitab karangan beliau yang bernama “al-Istighotsah bi Hadrati Rabb al-Bariyyah” (tahun 1951)yang kemudian pada tahun 1961 diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa oleh putranya, KH. Musta’in Romly.
KH. Muhammad Romly Tamim adalah salah satu putra dari empat putra Kyai Tamim Irsyad (Seorang Kyai asal Bangkalan, Madura). Keempat putra Kyai Tamim itu ialah Muhammad Fadli, Siti Fatimah, Muhammad Romly Tamim, dan Umar Tamim.
KH. Muhammad Romly Tamim lahir pada tahun 1888 di Bangkalan, Madura. Sejak masih kecil. Beliau diboyong oleh orang tuanya, KH. Tamim Irsyad ke Jombang. Di masa kecilnya, selain belajar ilmu dasar-dasar agama dan al-Quran kepada ayahnya sendiri, beliau juga belajar kepada kakak iparnya, yaitu KH. Cholil (pembawa Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah di Rejoso)
Setelah masuk usia dewasa, beliau dikirim orang tuanya belajar ke KH. Cholil Bangkalan, sebagaimana orang tuanya dulu dan juga kakak iparnya belajar ke beliau. Kemudian setelah dirasa cukup belajar ke KH. Cholil Bangkalan, beliau mendapat tugas untuk membantu KH. Hasyim Asy’ari mengajarkan ilmu agama di Pondok Pesantren Tebuireng, sehingga akhirnya beliau diambil sebagai menantu oleh Kyai Hasyim Asy’ari, yaiu dinikahkan dengan putrinya yng bernama Izzah binti Hasyim pada tahun 1923. Namun, pernikahan ini tidak berlangsung lama karena perceraian.
Setelah perceraian tersebut, Mbah Yai Romly pulang ke rumah orang tuanya di Rejoso. Tak lama kemudian beliau menikahi seorang gadis dari desa Besuk, krcamatan Mojosongo. Gadis tersebut bernama Maisaroh. Dari pernikannya dengan Nyai Maisaroh, lahir dua orang putra, yaitu Ishomuddin Romly (wafat tertembak tentara Belanda ketika masih muda), dan Musta’in Romly.
Putra kedua Mbah Yai Romly yang terakhir ini kemudian menjadi seorang kyai besar yang berwawasan luas. Hal ini terbukti saat beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rejoso. Beliau mendirikan sekolah-sekolah umum di dalam pesantren di samping madrasah-madrasah diniyah yang sudah ada. Sekolah-sekolah umum itu diantaranya SMP, SMA, PGA, SPG, SMEA, bahkan juga memasukkan sekolah negeri di dalam pesantren, yaitu MTs Negeri dan MA Negei. Sekolah-sekolah tersebut masih berjalan hingga sekarang.
Di samping menjadi Ketua Umum Jami’iyyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh dan Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah pada saat itu, Dr. KH. Musta’in Romly yang kemudian menjadi menantu KH. Abdul Wahab Chasbullah Tambakberas ini juga merupakan satu-satunya kyai pertama di Indonesia yang mendirikan sebuah Universitas Islam yang cukup ternama pada saat itu (tahun 1965), yaitu Universitas Darul ‘Ulum Jombang.
Kemudian setelah Nyai Maisaroh wafat,  Mbah Yai Romly menikah lagi dengan seorang gadis putri KH. Luqman dari Swaru Mojowarno. Gadis iru bernama Khodijah. Dari pernikahannya dengan istri ketiga ini lahir putra-putra beliau, yaitu : KH. Ahmad Rifa’I Romly (menantu Kyai Mahrus Ali Lirboyo, wafat pada tahun 1994); KH. Shonhaji Romly (menantu Kyai Ahmad Zaini Sampang, wafat pada tahun 1992); KH. Muhammad Damanhuri Romly (menantu Kyai Zainul Hasan Genggong, wafat oada tahun 2001); KH. Ahmad Dimyathi Romly (menantu Kyai MArzuki Langitan, wafat pada tahun 2016); KH. A. Tamim Romly, M.Si (menantu Kyai Shohib Bisri Denanyar)
KH. Muhammad Romly Tamim adalah seorang kyai yang sangat ‘alim, sabar, sakhiy, wara’, faqih, seorang sufi murni, seorang Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah, dan pengasuh Pondok Pesnatren Darul ‘Ulum Jombang.
Diantara murid-murid beliau yang terkenal dan menjadi kyai besar adalah KH. Muhammad Abbas (Buntet Cirebon), KH. Muhammad Utsman Ishaq (Sawahpuluh Surabaya), KH. Shonhaji (Kebumen), KH. Imron Hamzah (Sidoarjo)
KH. Muhammad Romly Tamim, disamping seorang mursyi, beliau juga kreatif dalam menulis kitab. Diantara kitab-kitab karangan beliau ialah al-Istighotsah bi Hadrati Rabbi al-Bariyyah, Tsamrotul Fikriyah, Risalatul Waqi’ah. Risalah ash-Sholawat Nariyah. Beliau wafat di Rejoso Peterongan Jombang pada tanggal 16 Ramadhan 1377 H atau tanggal 6 April 1958 M.
TATA CARA ISTIGHOTSAH
Melaksanakan Istighotsah, boleh dilakukan  secara bersama-sama (jama’ah) dan boleh juga dilakukan secara sendiri-sendiri. Demikian juga waktunya, bebas dilakukan, boleh siang, malam, pagi, ataupun sore. Seorang yang akan melaksanakan istighotsah, seyogianya ia sudah dalam keadaan suci, baik badannya, pakaian dan tempatnya, dan suci dari hadats kecil dan besar.
Juga tidak kalah pentingnya, seseorang yang mengamalkan istighotsah menyesuaikan dengan bacaan dan urutan sebagimana yang telah ditentukan oleh pemiliknya (Mbah Yai Romly). Hal ini penting disampaikan, sebab tidak sedikit orang yang merubah bacaan dan urutan bacaan istighotsah, bahkan menambah bacaan sehingga tidak sama dengan aslinya. Padahal urutan bacaan istighotsah ini, menurut riwayat santri-santri senior Mbah Yai Romly adalah atas petunjuk dari guru-guru beliau, baik secara langsung maupun lewat mimpi.
Diceritakan, sebelum membuat wirid istighotsah ini, Mbah Yai Romly melakukan riyaddhoh dengan puasa selama 3 tahun. Dalam masa-masa riyaddhohnya itulah beliau memperoleh ijazah wirid-wirid istighotsahnya dari para waliyulloh. Wirid pertama yang beliau terima adalah wirid berupa istighfar, dank arena itulah istighfar belia letakkan di urutan pertama dalam istighotsah. Demikian juga urutan berikutnya adalah sesuai dengan urutan beliau menerima ijazah dari para waliyulloh yang lainnya. Oleh karena  itu, sebaiknya dalammengamalkan istighotsah seseorang menyesuaikan urutan wirid-wirid istighotsah sesuai aslinya.

Setelah siap semuanya, barulah seseorang menghadap qiblat untuk memulai istighotsah dengan terlebih dahulu menghaturan hadiah pahala membaca al-Fatihah untuk nabi, keluarga dan sahabatnya, tabi’in, para wali dan ‘ulama khususnya Shahibul Istighotsah Hadratusy Syaikh KH. Muhammad Romly Tamim. (Ishomuddin Ma’shum, dosen Universitas Darul ‘Ulum Jombang)